31 C
Semarang
Saturday, 19 April 2025

Maksimalkan Efektivitas Pembelajaran IPA dengan Jigsaw

Oleh: Nur Hidayah, S.Pd.,SD

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Tidak semua mata pelajaran disukai siswa. Banyak faktor yang menyebabkan pembelajaran IPA cenderung diabaikan. Guru harus bijaksana mencari permasalahan tersebut.
Salah satu hakikat IPA adalah sikap rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.

Banyak upaya yang sudah dilakukan penulis dalam mewujudkan kondisi tersebut. Tercatat hasil belajar siswa pada KD. 3.1& 4.1 yaitu membandingkan cara perkembangbiakan tumbuhan dan hewan dan menyajikan karya tentang perkembangangbiakan tumbuhan. Penulis sebagai guru kelas VI di SD N 01 Lemahabang, Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, memilih pembelajaran kooperatif model jigsaw.
Lie (1999 : 73) menyatakan pembelajaran kooperatif model jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.

Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2010:44) langkah-langkah jigsaw, yaitu : peserta didik dikelompokkan menjadi 4 anggota tim; Setiap anggota dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan; Anggota dari tim yang berbeda telah mempelajari bagian atau sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka;

Setelah selesai, diskusi sebagai tim ahli setiap anggota kembali kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan anggota lainnya mendengarkannya; Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi; Guru memberi evaluasi.

Ada beberapa unsur dasar dalam pengajaran kooperatif yang perlu diperhatikan adalah siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama. Bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, dan mempunyai tujuan yang sama.

Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok. Siswa berbagai kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama. Evaluasi setelah pembelajaran menunjukkan bahwa indikator kompetensi terlaksana dan tercapai dengan baik dan mengalami peningkatan.

Indikator tersebut adalah mengetahui cara perkembangbiakan tumbuhan dengan tepat, mengidentifikasi cara perkembangbiakan tumbuhan. Membuat laporan tentang perkembangbiakan tumbuhan, dan mempresentasikan salah satu cara perkembangbiakan tumbuhan. Terlihat hasil belajar yang meningkat dan minat belajar IPA dengan sikap ingin tahu dan kerja sama menjadi lebih baik.

Kesimpulan yang bisa diambil adalah bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw mempunyai pengaruh positif sebagai berikut: meningkatkan hasil belajar; Meningkatkan daya ingat; Dapat digunakan untuk mencapai taraf penalaran tingkat tinggi; Mendorong tumbuhnya motifasi intrinsik (kesadaran individu); Meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen; Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah; Meningkatkan sikap positif terhadap guru; Meningkatkan harga diri anak; Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; Meningkatkan keterampilan hidup gotong royong.

Dari penjelasan di atas maka model jigsaw bisa sebagai pilihan antisipasi terkait kecenderungan pembelajaran IPA pada masa kini. Siswa hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang beriorientasi pada tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran. Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. (gb1/lis)

Guru Kelas VI SDN 01 Lemahabang, Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya