RADARSEMARANG.COM – Memiliki rumah dengan lantai kayu menjadi idaman sebagian orang. Utamanya mereka yang suka nuansa alami. Konsep lantai decking kayu memunculkan kesan simpel dan santai. Tak perlu khawatir, decking kayu dengan material pilihan tahan air. Konsep industrial ini pula yang dikembangkan Patra Kosasih Dwi Pamungkas.
Pria kelahiran Semarang, 4 Mei 1991 ini, cukup lama menggeluti pembuatan dan pemasangan decking kayu untuk lantai rumah maupun vila. Selain decking lantai, juga membuat meja papan lebar, pagar besi mix kayu dan rel pintu sleding.
“Saya menekuni usaha decking lantai ini sejak 2017,” ujar suami Intan Rahmawati ini saat ditemui RADARSEMARANG.COM di kediamannya Desa Kembangarum, RT 10 RW 5, Kecamatan Mranggen Jumat (12/2/2021).
Patra menuturkan, decking lantai yang ia pakai dari bahan kayu bedaru, beruas maupun rengas. Kayu kayu itu hanya ada di Jambi Sumatera dan Kalimantan. “Di Jawa sudah tidak ada kayu bedaru. Kayu ini sejenis kayu ulin kelasnya di atas kayu jati,” katanya.
Memenuhi banyaknya pesanan, ia memesan kayu langsung dari Jambi atau Kalimantan. Bahkan, tak jarang ia mencari ke lokasi tempat adanya kayu bedaru, demi mendapatkan spek yang tepat. “Biasanya saya ikut ke lokasi memilah pohon yang akan dipakai. Kita beli per pohon dengan diameter minimal 40 cm,” katanya.
Membuat decking lantai kayu memang tidak mudah. Butuh proses cukup lama. Dari bahan kayu gelondongan (log) yang telah didapatkan, lalu dibikin kotak dan digergaji, dibentuk sesuai kebutuhan. “Biasanya dengan ketebalan 2 cm,” kata Patra.
Baru setelah itu dilakukan pengeringan (proses open) di kawasan Tanjung Emas Semarang atau dikeringkan secara manual dengan alat pengering dengan kelembaban di bawah 10 agar bisa diproduksi. Jika masih kurang, bisa dikeringkan di bawah sinar matahari. “Kalau di Tanjung Emas, biasanya antre ngopen,” ujarnya.
Usai diopen baru diserut atau dihaluskan dan diamplas dan finishing dan diwarnai dengan bio waterbase dari Jogja. Setelah jadi, baru pengiriman dan pemasangan. “Kita banyak membuat decking lantai kayu untuk vila. Setahun bisa dua hingga tiga vila. Standar harga antara Rp 200 juta hingga Rp 250 juta. Kalau untuk rumah standarnya ya Rp 150-an juta,”ungkap Patra.
Proses decking lantai, Patra dibantu dua orang karyawan. Pun, saat pemasangan dibantu lima sampai enam orang. Patra menambahkan, keahlian membuat furniture industrial semacam decking lantai kayu seperti ini diperoleh secara otodidak dengan pemanfaatan internet.
Sebelum menekuni pekerjaannya yang sekarang, alumnus SMKN 1 Semarang jurusan teknik permesinan (lulus 2009) ini, sempat kerja magang di Jepang selama tiga tahun dan satu tahun di Thailand, sebagai supervisor sebuah bengkel pembuat cover atau safety box antara 2010 sampai 2016. (hib/zal)