28 C
Semarang
Tuesday, 15 April 2025

Mudah Paham Negara ASEAN dengan Metode Make A Match

Oleh : Umi Haniah, S.Pd.SD

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, PEMBELAJARAN IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang disukai siswa. Beberapa alasan siswa kurang menyukai pelajaran tersebut diantaranya mata pelajaran IPS banyak hafalan. Pembelajaran tidak hanya sekedar guru menyampaikan materi dan siswa mendengarkan, melainkan mengembangkan apa yang diterima siswa menjadi suatu pemikiran baru. Guru sebagai sumber utama pengetahuan sedangkan siswa hanya sebagai pendengar dan penerima pengetahuan tersebut. Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka tidak memahaminya. Sebagian besar siswa tidak mampu menggabungkan antara apa yang dipelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan.

Masalah yang dihadapi siswa kelas VI A SDN Sidoharjo 01, Kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal pada mupel IPS KD 3.1 Mengidentifikasi karakteristik geografis dan kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik di wilayah ASEAN adalah pada saat penilaian harian nilai anak-anak sebagian besar kurang bagus. Untuk itu penulis menerapkan model pembalajaran make a match pada KD tersebut.

Model pembelajaran make a match (mencari pasangan) merupakan model pembelajaran efektif, afektif dan menyenangkan. Model make a match sebagai metode mencari pasangan. Pengembangan model ini adalah Lorry Curran, tahun 1994. Model make a match adalah metode pembelajaran aktif untuk mendalami atau melatih materi yang telah dipelajari.
Menurut Tarmizi dalam Novia (2015:12) model pembelajaran make a match artinya siswa mencari pasangan, setiap siswa mendapat sebuah kartu (bisa soal atau jawaban) lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang.

Langkah-langkah model pembelajaran make a match adalah sebagai berikut : Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban); Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang; Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal atau kartu jawaban); Siswa yang dapat mencocokkkan kartunya sebelum batas waktu, diberi poin; Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan model pembelajaran make a match adalah sebagai berikut : guru membagi siswa menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban. Kelompok ketiga berfungsi sebagai kelompok penilai. Aturlah posisi kelompok-kelompok tersebut sedemikian rupa sehinggga berbentuk U.

Jika masing-masing kelompok telah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama dan kedua bergerak mencari pasangan masing-masing sesuai pertanyaan atau jawaban yang terdapat di kartunya. Pasangan yang telah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan dan jawaban kepada kelompok penilai. Kelompok penilai membaca apakah pasangan pertanyaan jawaban itu cocok. Setelah penilaian selesai dilakukan, aturlah sedemikian rupa kelompok pertama dan kelompok kedua bersatu kemudian memposisikan dirinya menjadi kelompok penilai.

Sementara kelompok penilai pada sesi pertama dibagi menjadi dua kelompok. Sebagian anggota memegang kartu pertanyaan dan sebagian lagi memegang kartu jawaban, kemudian posisikan mereka seperti huruf U. Guru kembali membunyikan peluitnya kemudian pemegang kartu pertanyaan dan jawaban bergerak mencari pasangannya. Maka setiap pasangan menunjukkan hasil kerja kepada penilai.

Kelebihan model pembelajaran yang penulis terapkan di kelas VI A SDN Sidoharjo 01 adalah mampu menciptakan suasana aktif dan menyenangkan; Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa; Anak-anak lebih antusias dalam belajar, suasana kelas menjadi hidup. Anak-anak kelihatan senang, semuanya aktif dan saling bekerja sama. Cara belajar seperti ini menjadikan anak tidak mudah lupa dengan apa yang dipelajari, karena menemukan sendiri. (pg1/zal)

Guru SDN Sidoharjo 01, Kabupaten Tegal


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya