RADARSEMARANG.COM, PROSES belajar–mengajar disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan karakteristik peserta didik. Tingkat kelas di SD dibagi dua, yaitu kelas rendah yang terdiri atas kelas satu, dua, dan tiga. Serta kelas tinggi yang terdiri atas kelas empat, lima, dan enam. Pembelajaran dikembangkan secara interaktif dengan memperhatikan kemampuan peserta didik, bahan ajar, proses belajar, dan sistem penilaian. Guru memegang peranan penting dalam menciptakan stimulus respon yang baik dan interaktif dalam proses pembelajaran. Kelas satu yang merupakan kelas rendah memiliki konsentrasi yang masih kurang sehingga membutuhkan lebih banyak perhatian. Guru haruslah gigih dalam menciptakan proses belajar yang menarik dan efektif.
Undang–undnag 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab III Pasal 4 ayat 5 menyebutkan bahwa “Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.” Minat membaca anak mulai terlihat pada usia 5 sampai 7 tahun, artinya minat baca peserta didik kelas satu sedang dalam masa emas. Minat bukanlah sesuatu yang statis atau berhenti, tetapi dinamis dan mengalami pasang surut. Minat juga bukan bawaan lahir, tetapi sesuatu yang dapat dipelajari (Supartinah, 2014). Minat baca merupakan suatu keinginan yang tumbuh dalam diri seseorang atas dasar niat untuk memahami dan menambah wawasan baik dalam lingkup bidang formal maupun nonformal. Tradisi membaca sangat perlu dilakukan sedini mungkin, sebelum kesulitan menanamkan tradisi membaca yang dihadapi makin parah sejalan dengan makin bertambahnya usia peserta didik.
Pengembangan minat baca dapat dibantu dengan adanya media peraga. Penggunaan media haruslah tepat agar tercapai kompetensi yang diinginkan. Guru Kelas 1 SDN 1 Pegulon Kecamatan Kendal Kabupaten Kendal menggunakan media peraga kartu huruf dan kartu kata untuk menjembatani antara minat baca dan media peraga. Kartu huruf dan kartu kata terbuat dari kertas manila berwarna yang berbentuk persegi panjang. Media peraga ini dinilai praktis, efektif dan menarik, khususnya bagi peserta didik yang mengalami kesulitan membaca dan sangat membutuhkan rangsangan untuk memicu kemampuan belajarnya khususnya kemampuan membaca permulaan. Peserta didik yang mengalami kesulitan membaca mempunyai kemampuan membaca yang rendah menyebabkan prestasi belajar akan rendah pula. Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga kartu huruf dan kartu kata berwarna diharapkan dapat menjadi cara alternatif untuk meningkatkan kemampuan membaca peserta didik yang mengalami kendala dalam membaca.
Guru juga menggunakan strategi permainan membaca, misalnya mencocokkan kartu huruf dan kartu kata kemudian melafalkannya menemukan kata, melakukan kontes ucapan, menemukan kalimat kemudian membacanya, merangkai kata menjadi kalimat, dan sebagainya. Latihan melafalkan kartu huruf dan kartu kata yang telah disusun akan melatih peserta didik mengucapkan bunyi-bunyi bahasa (vokal, konsonan, dialog). Perbedaan warna bertujuan untuk membedakan huruf vokal dan konsonan. Kartu huruf dan kartu kata berwarna merupakan kartu berseri (Flash Card) yang digunakan sebagai media dalam permainan menemukan kata. Guru mengajak peserta didik bermain dengan menyusun huruf–huruf menjadi sebuah kata, selanjutnya peserta didik menyusun kartu kata menjadi sebuah kalimat sederhana yang mudah mereka pahami. Kartu huruf dan kartu kata dapat digunakan sebagai media peraga dalam pembelajaran jarak jauh melalui What’s Up atau aplikasi lainnya. (ti2/ida)
Guru SDN 1 Pegulon, Kecamatan Kendal, Kabupaten Kendal