RADARSEMARANG.COM, Semarang – Ormas Islam Nahdlatul Ulama (NU) genap berusia 95 tahun. Banyak tantangan yang dihadapi terutama bagaimana menjaga tradisi untuk anak-anak muda atau generasi milenial. Sebab, mereka punya eranya sendiri, yang berbeda dengan era generasi terdahulu.
“Karena itu, sebagai orangtua hendaknya bisa ngemong dengan suri tauladan yang baik. Sehingga anak-anak muda juga tetap menjaga tradisi NU,” kata Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jateng KH Muhammad Muzamil kepada RADARSEMARANG.COM, Minggu (31/1/2021).
Ia mengatakan, di tengah kondisi sekarang, pendidikan untuk anak-anak bangsa menjadi perioritas. Terutama, pendidikan agama, adab atau sopan santun, serta pendidikan ke-Nu-an. Semua itu sudah menjadi tradisi yang selalu dilakukan ulama dan penerus NU, tak terkecuali di Jateng.
“Kami terus melakukan pendidikan dan mendoakan agar mendapat tambah kebaikan untuk generasi muda dan bangsa ini,” ujarnya.
Generasi muda NU Kabupaten Demak Zayinul Fata mengatakan, Harlah NU tahun ini memberikan spirit baru bagi generasi muda NU. Yaitu, bagaimana para pemuda di era milenial ini mampu memberikan kontribusinya pada penguatan bangsa dan negara dengan berpegang teguh pada prinsip ahlussunnah wal jamaah (Aswaja) yang dikembangkan NU selama ini.
Menurutnya, NU ke depan harus kokoh mengakar di setiap hati generasi milenial. Diakui, menjelang usia seabad, tantangan yang dihadapi organisasi keagamaan dan kemasyarakatan terbesar di Indonesia ini dirasakan semakin berat.
“Karena itu, bagaimana NU ke depan selalu bisa hadir dari organisasi untuk masyarakat (minal jamiyyah ila roiyyah),”kata Sekretaris DPC PKB Demak ini kepada RADARSEMARANG.COM.
Menurutnya, NU harus kokoh mengakar di seluruh usia anak muda milenial. Dengan demikian, kata dia, kaum muda milenial harus mampu menyerap energi spiritual ulama yang telah melahirkan organisasi NU ini.
Wakil Ketua DPRD Demak ini menambahkan, keberadaan pondok pesantren adalah wujud sekaligus pilar bagaimana NU memberi kontribusi bagi bangsa ini. Melalui pengembangan pesantren itupula, lanjut dia, para pemuda diberikan pelajaran langsung bagaimana aswaja NU mampu memberi kontribusi yang nyata untuk ikut mencerdaskan bangsa.
“Perlu diketahui, bahwa NU hari ini adalah bagaimana NU bisa menjawab kebutuhan masyarakat yang ada. Tantangan era digitalisasi dan modernisasi adalah era yang harus dijawab NU,” papar alumnus Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta ini.
Selaku generasi muda NU, Zayin mengajak seluruh anak muda NU untuk bersatu melakukan yang terbaik untuk ormas Islam ini. “Kata Gus Dur, tidak perlu jadi seperti orangtuamu atau kakekmu. Tapi, lakukan apa yang bisa dilakukan untuk NU. Karena NU, Insya Allah kita akan selamat dan bangsa ini akan lebih baik dan rakyat lebih sejahtera,”katanya.
Ketua Pengurus Cabang NU Demak KH Aminudin menyampaikan, masa depan NU, khususnya di Demak, dinilai akan semakin baik. Setidaknya ini terekam dalam kesadaran organisasi warga nahdliyin yang makin tinggi.
“Indikatornya adalah kegiatan pengurus NU baik ranting (desa) maupun MWC (tingkat kecamatan) makin terlihat baik. Artinya, ke depan tidak hanya NU kultural saja yang tampak, tapi NU struktural juga makin tertata,”ujarnya.
Kiai Aminudin menambahkan, untuk generasi milenial tentu semakin mendapatkan ruang, utamanya di era digitalisasi ini. Sebab, merekalah yang paling banyak mengisi peluang atau porsi di era tersebut.
“Untuk kegiatan Harlah NU, sesuai dengan keputusan jajaran Syuriyah akan diadakan tiap bulan Rajab. Karena ini masih pandemi, maka kegiatan dilaksanakan dalam bentuk istighotsah sesuai dengan protokol kesehatan,”katanya.
Demikian juga PWNU Jateng, peringatan harlah juga mengacu pada regulasi PBNU, bilangan atau hitungannya menggunakan acuan perhitungan tahun qomariyah. NU lahir pada 16 Rajab 1344, sekarang tahun 1442 Hijriah. Jadwal pelaksanaan resepsi harlah yang diselenggarakan PWNU Jateng sendiri akan dimajukan pada 9 Rajab 1442 atau 20 Februari mendatang.
“Nanti kita adakan halaqah, khatmil quran sebanyak seribu kali, serta haul akbar muassis, masyayikh, dan warga NU yang sudah meninggal, dan diakhiri dengan mauidlah hasanah serta orasi harlah NU oleh Habib Umar Muthohar,” bebernya.
Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Ubaidullah Shodaqoh menyeru kepada pimpinan NU di semua tingkatan. Semua harus mengagendakan pembacaan doa-doa khusus untuk keselamatan nahdliyin, bangsa, dan negara.
Untuk materi atau teks doa bisa mengikuti bimbingan kiai atau jajaran syuriyah. “Para kiai pasti sudah memiliki doa dan wirid-wirid yang akan dibaca bersama jamaahnya untuk mencari jalan keluar dalam menghadapi berbagai macam problem seperti sekarang ini,” katanya.
Ia menambahkan, ada dua momentum peringatan Harlah NU. Yaitu berdasarkan kalender masehi yang jatuh setiap 31 Januari, dan kalender hijriah jatuh pada 16 Rajab. Namun berdasarkan Anggaran Dasar Nahdlatul Ulama telah ditetapkan lahirnya NU berdasarkan kalender hijriah. PWNU sendiri akan menggunakan momentum peringatan Harlah NU berdasarkan kalender hijriah yang jatuh pada 16 Rajab 1442 H atau pada 27 Februari 2021 mendatang. “Kita ingin yang terbaik, dan semoga bangsa ini dijauhkan dari berbagai bencana,” harapnya.
Ketua Panitia Harlah NU PWNU Jateng Mahsun Mahfudz mengatakan, karena masih dalam suasana pandemi Covid-19 yang sangat membatasi gerak dan mobilitas masyarakat, maka harlah kali ini diselenggarakan secara sederhana. “Kami berharap kesederhanaan ini tidak mengurangi makna strategis dari harlah NU,” katanya. (fth/hib/aro)