RADARSEMARANG.COM – Agrowisata di tengah hutan pinus, lereng Gunung Sindoro menjadi wadah bagi musisi lokal d Temanggung. Wapitt sering dipilih sebagai tempat menunjukkan aksi musisi di atas panggung.
Setiap akhir pekan, Wapitt menampilkan panggung live music yang diberi nama Wapitt Night. “Untuk pengisinya, yakni band-band lokal Temanggung. Tujuan agar potensi anak-anak muda di Kabupaten Temanggung di dunia musik dapat terarah dan dapat bersaing dalam industri musik tanah air,” kata Marketing Wana Wisata Jumprit (Wapitt) Anisa Galuh Setya.
Galuh menjelaskan konsep utama yang diberikan manajemen di Wapitt berupa kedai kopi di tengah hutan yang diberi nama kedai hutan. Di kedai hutan tersedia kopi khas Temanggung. Baik jenis robusta atau arabika. “Bibit kopi yang kami olah dan suguhkan di kedai hutan, merupakan bibit kopi lokal Jumprit,” imbuhnya.
Awalnya, selain kedai, wisata hutan ini juga menyediakan beberapa fasilitas pendukung seperti lokasi berkemah, outbound, tempat selfie, mainan egrang, dan tempat duduk kayu. Wahana outbound yang ada baru sebatas flying fox, panjat tali dan olahraga memanah.
Dikarenakan pandemi Covid-19, wahana outbound di Wapitt sementara tidak dibuka. Gantinya Wapitt memberikan penambahan fasilitas, yakni green house.
Alasan membuat green house, karena sebagai upaya Wapitt untuk memberikan edukasi kepada para pengunjung tentang membibit dan menanam buah di green house. “Tanaman yang kami kembangkan di green house, yakni strawberry dan tomat yang ditanam dengan metode hidroponik,” ujarnya.
Dalam pengelolaan lokasi wisata ini, Wapitt bekerja sama dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Jumprit. Hal ini juga sebagai upaya manajemen, untuk meningkatkan pertanian di Jumprit serta meningkatkan SDM masyarakat di Jumprit.
Selama pandemi Covid-19, Wapitt selalu mematuhi dan menerapkan protokol kesehatan. Agar pengunjung yang datang di Wapitt dapat nyaman dan aman “Kami juga selalu welcome kepada pihak kepolisian untuk mengecek kondisi wisata di Wapitt,” tegasnya. (cr1/ton)
