RADARSEMARANG.COM – Keberadaan Warung Kresna menambah deretan kuliner di Kota Semarang bervariatif. Ayam greprek sambal matah menjadi menu favorit. Rasa pedasnya khas dari bawang merah.
“Ada lomboknya juga, tapi sedikit. Sama bawang putih. Banyaknya bawang merah. Ayam greprek yang kita sajikan ini tanpa tulang,” ungkap pemilik Warung Kresna, Viren Maha Maya Wangsa kepada RADARSEMARANG.COM Sabtu (7/11/2020) di Jalan Hawa IV Semarang Timur.
Nasi ayam greprek ini ada juga yang ditambah mi instan. Tingkat level rasa pedas juga bervariatif. Tinggal permintaan atau pesanan. Selain nasi greprek, menu favorit lainnya ada asem-asem daging.
“Nasi geprek telur asin juga menu favorit. Banyak yang suka. Kalau menu minumnya ada wedang uwuh, favorit juga. Banyak yang pesan,” bebernya.
Lanjut perempuan berusia 26 tahun ini, banyak pilihan sajian lain selain menu favorit tersebut. Seperti halnya, nasi rawon, hingga makanan ringan, bakso goreng, jamur crispi, kentang goreng, singkong goreng. Termasuk pisang penyet.
“Sebenarnya banyak, cuma semenjak ada korona saya kurangi. Kalau jumlah penjualan, ya masih lumayan, masih bisa sampai 100 porsi lebih. Kan ada pesanan tidak dimakan sini, tapi dibungkus,” jelasnya.
Keberadaan Warung Kresna berjarak kurang lebih 80 meteran dari depan gang kampus UPGRIS. Berdiri tahun 2018. Tempatnya sangat luas. Area parkiran depan dihiasi taman kecil. Bagian dalam desainnya juga bagus. Sangat instagramable. “Di sini kan banyak mahasiswa, jadi kita tempatnya lebih santai, bisa nongkrong sambil buka laptop, ada wi-fi, ada colokan. Sehingga pembeli bisa lebih nyaman,” bebernya.
Setiap hari, buka mulai pukul 16.30 hingga pukul 21.00. Namun semenjak adanya Covid-19, jam tutup sampai pukul 23.00. Soal harga tidak usah khawatir, harga menu mulai dari Rp 15 ribu sampai Rp 22 ribu. “Harga sangat terjangkau. Apalagi sekarang kondisinya masih seperti ini,” ujarnya.
Diakuinya, membuka kedai ini diawali dengan hobi memasak. Orangtua dan neneknya juga memiliki hobi sama. Hingga akhirnya, terbesit untuk membuka usaha untuk lapangan pekerjaan. “Dulu waktu sekolah di Singapura juga sering masak. Dari situ coba membuat ayam geprek, ternyata banyak yang bilang enak,” jelasnya.
Sekarang, kedai tersebut dikelola oleh tiga orang muda-mudi. Mereka juga dari kalangan mahasiswa yang memanfaatkan waktu luang untuk mencari penghasilan. “Kalau resep bumbu racikan tetap saya sendiri yang membuat. Mereka tinggal goreng. Kita juga ada rencana buka cabang di tempat lain, di sekitaran Pringgading,” katanya.
Warungnya menerapkan protokol kesehatan. Seperti halnya menyediakan tempat cuci tangan, dan hand sanitizer dan menggunakan masker. Menurutnya, tempat tersebut terkadang juga disewa untuk pertemuan. “Tempat kita kalau pagi kadang juga disewa. Karena kan banyak yang takut di tempat AC, jadi mereka milih yang tempat terbuka. Nyewa di sini. Kadang juga dipakai untuk lance dance, kalau sore untuk jualan,” pungkasnya. (mha/lis/bas)