RADARSEMARANG.COM – Sikap suami menjadi panutan bagi istri dan anak-anak. Sebagai kepala rumah tangga, sudah sepatutnya menjadi tempat berlabuh dan menerima keluh. Tidak seperti John Dori, ketika istri butuh bahu hanya dianggap angin lalu.
John memang galak. Tak hanya pada istrinya, tapi juga anak. Bagi Lady, hal itu sangat membuat dirinya tak nyaman. Tak menunjukkan kasih sayang. Bukan tanda mengayomi, tapi menghakimi. Seharusnya, kata dia, kalau berbuat salah diberikan teguran yang membuat jera. Bukan dimarahi hingga sakit hati.
Ia sedih ketika anaknya bercerita takut pada bapaknya sendiri. Lady tahu, itu salah satu cara mendidik anak agar tertib dan tidak bandel. Namun semestinya sesuai aturan. Bukan sembarangan. Wajar jika suami dan anaknya tak begitu dekat. Satu sisi ingin berbagi rasa, sisi lain takut dimangsa.
“Kalau marah itu gak tanggung-tanggung, pasti bikin takut. Bukan tegas, tapi malah beringas gitu,” kata Lady.
Hal ini tak hanya dilakukan sekali. Namun sudah berkali-kali. Ketika berusaha menegur, praktis Lady ikutan salah. Dibilang gak becus ngurus anak, dibilang anak nakal cerminan ibunya, dan kata-kata yang menyakitkan. Padahal John sendiri pun jarang memberikan perhatian. Bahkan terkesan cuek terhadap tumbuh kembang anak. Namun saat anak dan istrinya melakukan kesalahan sedikit, emosinya langsung melejit.
Semakin lama Lady tidak tahan diperlakukan demikian. Perkara ini berbuntut panjang. Lady tak terima atas sikap ini. Karena suaminya sangat galak, Lady meminta untuk ditalak. Hal itu dilakukan semata-mata untuk membuat suaminya sadar, bahwa merawat anak haruslah sabar. “Namanya juga anak-anak, masih susah dibilangin. Tapi kan ada banyak cara yang bisa dilakukan,” ujarnya.
Lady menambahkan, ia tak main-main dengan gugatannya di Pengadilan Agama Semarang. Ia tak mau buah hatinya tumbuh dengan perlakuan kasar bapaknya. Meski merawat anak terlihat mudah, namun tak bisa disepelekan. Kesabaran dan kesadaran perlu ditanamkan. (ifa/aro)