RADARSEMARANG.COM – Kamis (17/9/2020) lalu saya bertemu Kapolres Magelang Kota AKBP Nugroho Ari Setyawan. Beliau berkunjung ke kantor Radar Semarang Biro Kedu di Magelang. Kebetulan saya di sana. Transit.
Tujuan saya hari itu ke Purworejo. Itu perjalanan kedua setelah Jumat minggu sebelumnya juga ke sana. Saya hanya ingin tahu daerah yang akan menjadi kawasan ekonomi khusus.
Di kabupaten yang dipimpin Agus Bastian itu saya hanya keliling kota. Betul-betul hanya ingin tahu wajahnya, geliat masyarakatnya, kegiatan ekonominya, dan fasilitas kotanya. Tidak ada yang saya tuju secara khusus.
Dua kali ke sana dalam satu minggu itu hanya minum dawet ireng (hitam). Di sebelah alun-alun. Tepatnya di halaman kantor pos. Itu salah satu dawet hitam asli Purworejo yang masih original. Pewarnanya menggunakan oman. Yakni air rendaman merang alias batang padi. Saat saya kecil air ini sering dipakai keramas ibu-ibu.
Kebetulan penjual dawet itu juga menyediakan geblek yang juga asli. Terbuat dari tepung ketela. Teksturnya kenyal seperti ketan. Berwarna putih. Geblek itu gurih karena dikasih bumbu. Lebih sempurna dimakan dengan cocolan saos kacang.
Saya menceritakan kedua kuliner khas Purworejo itu karena tidak banyak orang tahu. Mereka mengira pewarna dawet itu pewarna makanan biasa. Sedangkan geblek yang kenyal terbuat dari tepung singkong atau malah ada yang menyebut dari pati kanji.
Dalam perjalanan ke Purworejo itu saya mampir kantor Radar Semarang Biro Kedu. Kebetulan kapolres Kota Magelang akan berkunjung. Kepala Biro Listyorini Retno Wibowo meminta saya menunggunya.
Kunjungan itu sempat dibatalkan karena beliau harus mendampingi Wakapolda Jateng Brigjen Pol Abiyoso Seno Aji yang hari itu berada di Magelang. Meski begitu, saya tidak langsung angkat kaki. Saya masih menunggu kedatangan Dirut Jawa Pos Leak Kustiya, Direktur Edy Nugroho, dan Wakil Direktur Jawa Pos Radar Marsudi Nur Wahid.
Menjelang Leak dan Edy datang, staf kapolres memberi tahu kalau pimpinannnya jadi berkunjung. Bagi teman-teman biro Kedu, kunjungan itu sangat istimewa. Saya betul-betul berkesan atas kunjungan kapolres yang lahir di Kudus itu. Orangnya kelihatan sederhana. Sesederhana dawet ireng yang melegenda. Kalau ngomong blak-blakan. Berkali-kali dia merendahkan diri. “Maaf, saya salah,” katanya berkali-kali.
Dia menceritakan, setiap lewat depan kantor Biro Kedu di Jalan Pahlawan Nomor 10 selalu melihat papan nama. “Suatu saat saya pasti ke kantor ini,” ujarnya.
Dia ingin bersilaturrahim. Mengenal lebih dekat orang-orang yang ada di kantor itu. Padahal, saat itu belum tahu mereka. “Ini media mainstream. Memiliki peran besar dalam menggerakkan masyarakat,” katanya.
Kerendahan hati kapolres itu justru membuat suasana menjadi cair. Leak juga tampil apa adanya. Berbicara tanpa basa-basi. “Saya asli Grobogan. Sama-sama orang Jawa Tengah. Beberapa waktu lalu pulang kampung,” ujarnya.
Kerendahan hati pejabat polisi itu betul-betul saya catat. Saya teringat Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel ketika masih menjadi kapolda Jateng. Dengan sikap itu dia bisa merangkul semua pihak dan dihargai pihak-pihak lain. Inilah kunci berinteraksi. Kunci kepemimpinan juga. (*)