RADARSEMARANG.COM – Pernah mencicipi sego codot? Warga Salatiga dan sekitarnya pasti familiar dengan warung makan ini. Ya, warung sego codot memang menjadi salah satu tujuan kuliner di Salatiga. Banyak wisatawan yang penasaran karena namanya yang unik.
Pemilik warung, Izatil Umami Aminah dan suaminya, Joko Utomo mengaku sengaja membuat orang penasaran dengan nama ini. Karena, belum pernah ada sebelumnya. Warung makan ini muncul pertama kali pada 2014. Saat itu, mereka ingin memunculkan nama yang berbeda dari warung kebanyakan. Karena buka pada malam hari, akhirnya tercetuslah nama codot.
“Codot (kelelawar, Red) itu keluar di malam hari, sama seperti kita kalau siang tidur,” kelakarnya saat ditemui RADARSEMARANG.COM di Jl Domas no 21 Sidorejo, Salatiga.
Warung makan ini menyajikan berbagai macam ayam. Mulai dari kepala, sayap, dada, paha, usus, ceker, hati, kulit bahkan ayam utuh atau ingkung. Namun dari berbagai macam yang disebutkan di atas, yang paling diburu adalah ayam kerongkongan.
Makanan satu ini merupakan bagian ayam lengkap namun tinggal tulang belulang, tidak ada daging. Sesuai namanya, bentuknya masih utuh, tidak terpecah belah. Dalam sehari, paling tidak sego codot menghabiskan 20 kg kerongkongan. “Pertama yang bakal dicari pelanggan kerongkongan, habisnya paling cepat, jam 8,” katanya di sela melayani pembeli.
Selain itu, nasi uduk bakar juga menjadi sajian utama. Setelah habis, akan diganti dengan nasi putih biasa. Selain digoreng, ayam bisa juga dibakar, seusai permintaan. Sego codot juga menyajikan tahu, tempe, sosis, scallop, bakso, dan burung puyuh.
Kini dalam situasi pandemi Covid-19, sego codot buka mulai jam 16.00-22.00 sesuai anjuran pemerintah. Padahal dulu hingga menjelang subuh.
Meski menjadi perburuan mahasiswa, warung ini juga dinantikan pekerja pabrik dan ibu rumah tangga untuk membeli lauk. Selain banyak pilihan, harganya pun relatif terjangkau. Mulai dari Rp 1.000 hingga Rp 60.000 – untuk ayam utuh atau ingkung. (ifa/lis/bas)
