RADARSEMARANG.COM, Semarang – Hasil tangkapan nelayan Kota Semarang pada Maret 2020 menurun. Hal tersebut disebabkan sepinya permintaan dan faktor musim barat. Alhasil, harga tangkapan nelayan di pasaran turun.
Hal tersebut dikatakan Kepala Dinas Perikanan Kota Semarang Nur Kholis. Ia menyebut, permintaan pasar atas hasil tangkapan nelayan turun 10-20 persen. Hal tersebut terjadi sejak Covid-19 mewabah.
“Sebenarnya, hasil tangkapan relatif melimpah pada Januari dan Februari. Pada Maret turun. Namun jumlah totalnya masih relatif baik,” katanya kepada RADARSEMARANG.COM saat ditemui di kantornya, Kamis (16/4/2020).
Turunnya permintaan pasar berimplikasi pada turunya harga hasil tangkapan nelayan. Nurkholis meyakini hal itu berimplikasi pula pada menurunnya penghasilan para nelayan. Ia mengaku, belakangan pihaknya mendapat keluhan itu.
“Kami menerima banyak keluhan dari nelayan dan pembudidaya ikan. Mereka ingin kami membantu pemasaran. Kami terus berkomunikasi dengan mereka memecahkan masalah ini,” ucapnya.
Ia mengungkapkan, Dinas Perikanan memang belum bisa berbuat banyak. Pihaknya berniat membeli tangkapan nelayan. Namun terhalang beberapa kendala dalam pengadaan cold storage (ruang menyimpan bahan makanan dengan mesin pendingin).
“Jadi, kami baru sebatas membantu memasarkan produk mereka yang telah diolah. Menurut kementrian, ini memang masalah nasional. Hampir semua daerah diterpa masalah ini, ungkapnya.
Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Kota Semarang Ita Masithoh mengonfirmasi, pada triwulan pertama tahun 2020 yakni Januari hingga Maret, hasil tangkapan nelayan hanya turun pada Maret.
Data tersebut dihimpun dari lapangan dengan melibatkan 74 Kelompok Usaha Bersama (KUB) nelayan di seluruh Kota Semarang.”Kami mencatat pada triwulan pertama total tangkapan sebanyak 632,43 ton. Itu dihitung dari tangkapan Januari sebanyak 263,59 ton. Februari sedikit menurun yakni 228,42 ton. Maret hanya 140,42 ton,” jelasnya.
Menurutnya, pada Maret nelayan diterjang dua kendala. Yakni musim barat yang membuat mereka kesulitan melaut, dan tutupnya putusnya rantai distribusi akibat pandemi Covid-19.”Pabrik-pabrik olahan ikan yang sedianya menjadi ladang mereka, kini banyak yang tutup. Orang-orang tak berani ke pasar. Hal-hal semacam itu membuat nelayan mengurangi jumlah tangkapannya,” pungkasnya. (nra/bas)