RADARSEMARANG.COM, TANGGAL 25 Januari ditetapkan sebagai Hari Gizi Nasional, dan tema Hari Gizi Nasional ke-60 tahun 2020 adalah “Gizi Optimal untuk Generasi Milenial”. Tema ini tentu perlu mendapat perhatian khusus terutama melalui pengelolaan gizi seimbang. Saat ini Indonesia mengalami masalah triple burden dimana stunting (kerdil) dan wasting (kurus) masih tinggi, masalah gizi obesitas dan kekurangan zat gizi mikro, seperti anemia juga masih menjadi tantangan besar. Hal ini merupakan ancaman besar bagi Indonesia, karena akan berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia ke depannya. Hasil Riskesdas 2013-2018 menunjukkan bahwa 3 diantara 10 balita mengalami masalah stunting yaitu gagal pertumbuhan (kerdil) karena kekurangan gizi kronik.
Upaya bersama berbagai pemangku kepentingan perlu terus dilakukan sesuai peran dan fungsinya masing-masing dengan mengutamakan komitmen. Sumber daya yang ada di masyarakat dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien, maka upaya-upaya tersebut diselenggarakan secara terintegrasi sejak dari perencanaan sampai ke pelaksanaan, pemantauan dan evaluasinya. Sasarannya pun difokuskan kepada keluarga, dengan dihidupkannya kembali “Pendekatan Keluarga” terutama peran “Emak-Emak” melalui asuhan gizi keluarga.
Masalah stunting bila tak ditangani secara serius akan mengakibatkan bangsa Indonesia akan mengalami “Lost Generation“. Keterlibatan keluarga sangat diperlukan selama 24 jam mendampingi anak yang menderita stunting tersebut.
Perhatian cukup dan pola asuh anak yang tepat akan memberi pengaruh yang besar dalam memperbaiki status gizinya. Salah satu indikator status gizi yang baik adalah bebas dari stunting.
Peran keluarga sangat penting dan tidak bisa diremehkan dalam memenuhi kebutuhan gizi balita. Dalam konsep keluarga salah satu fungsinya adalah menjaga seluruh anggota keluarga tetap sehat. Seorang ibu sebagai pengelola atau penyelenggara makanan dalam keluarga mempunyai peranan yang besar dalam peningkatan status gizi anggota keluarga. Oleh karena itu semestinya seorang ibu dibekali pengetahuan yang cukup tentang perilaku gizi yang baik dan benar bagi setiap anggota keluarganya, serta mampu menyiapkan hidangan sebagai penerapan pesan utama gizi seimbang.
Agar pola hidup anak bisa sesuai dengan standar kesehatan, disamping harus mengatur pola makan yang benar juga tak kalah pentingnya mengatur pola asuh yang benar pula. Pola asuh yang benar bisa ditempuh dengan memberikan perhatian yang penuh serta kasih sayang pada anak, memberinya waktu yang cukup untuk menikmati kebersamaan dengan seluruh anggota keluarga.
Dalam masa pengasuhan, lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tuanya. Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan dan perawatan orang tua oleh karena itu orang tua merupakan dasar pertama bagi pembentukan pribadi anak. Melalui orang tua, anak beradaptasi dengan lingkungannya untuk mengenal dunia sekitarnya serta pola pergaulan hidup yang berlaku dilingkungannya. Dengan demikian dasar pengembangan dari seorang individu telah diletakkan oleh orang tua melalui praktek pengasuhan anak sejak ia masih bayi.
Semua orang tua harus memberikan hak anak untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Semua anak harus memperoleh yang terbaik agar dapat tumbuh sesuai dengan apa yang mungkin dicapainya dan sesuai dengan kemampuan tubuhnya. Untuk itu perlu perhatian/dukungan orang tua. Untuk tumbuh dengan baik tidak cukup dengan memberinya makan, asal memilih menu makanan dan asal menyuapi anak nasi. Akan tetapi anak membutuhkan sikap orang tua dalam memberi makan.
Semasa bayi, anak hanya menelan apa saja yang diberikan ibunya termasuk pemberian ASI esklusif selama 6 bulan pertama kehidupannya. Sekalipun yang ditelannya itu tidak cukup dan kurang bergizi. Demikian pula sampai anak sudah mulai disapih. Anak tidak tahu mana makanan terbaik dan mana makanan yang boleh dimakan. Anak masih membutuhkan bimbingan seorang ibu dalam memilih makanan agar pertumbuhan tidak terganggu. Bentuk perhatian/dukungan ibu dan anggota keluarga lainnya terhadap anak meliputi perhatian ketika makan, mandi dan sakit.
Semakin jelas bahwa pendekatan asuhan gizi keluarga sebagai salah satu kunci keberhasilan dalam menaggulangi masalah stunting pada anak. Sementara itu, semakin banyak keluarga yang mencapai status Keluarga Sehat, maka akan semakin dekat tercapainya “Indonesia Sehat”. (*/zal)
Dekan Fikkes Unimus
Dosen Gizi Unimus
Wakil Ketua Persagi Jawa Tengah
Sekretaris Pergizi Pangan Jawa Tengah