RADARSEMARANG.COM, SEMARANG – Telah banyak pengusaha yang memindahkan bisninya ke Jawa Tengah. Diprediksi, akan ada ledakan pekerja dari berbagai daerah yang memasuki Jawa Tengah.
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) RI, Ida Fauziyah mengingatkan adanya migrasi pengusaha dari daerah lain, maka Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah harus mempersiapkan dengan baik. Salah satunya dengan mempersiapkan tenaga kerja yang terampil melalui Balai Latihan Kerja (BLK) yang ada.
“Kesiapan tenaga kerja harus dilakukan, karena akan ada migrasi dari daerah lain yang upahnya lebih tinggi,” katanya usai acara penutupan Rakor Bidang Lattas di BBPLK Semarang, Selasa (26/11) kemarin.
Ia menjelaskan, BLK yang ada di Jateng, harus siap menghasilkan calon pekerja yang terampil, agar bisa merespon relokasi pabrik atau usaha yang akan masuk ke Jawa Tengah.
Selain itu, Menaker juga mengingatkan akan ada 23 juta jenis pekerjaan di Indonesia yang terdampak otomatisasi dari transisi revolusi industri 4.0. Diperkirakan akan ada 248 ribu pekerja terkena PHK (pemutusan hubungan kerja) selama lima tahun ke depan.
“Memang ada penurunan tenaga pengangguran terbuka (TPT) menjadi 0,06 persen, dari 5,34 persen menjadi 5,28 persen di Agustus 2019. Namun tantangan ke depan adanya PHK dan terdampak otomatisasi yang didominasi dari sektor informal,” bebernya.
Dampak otomatisasi industri, lanjut dia, memiliki peran dalam mencetak lapangan kerja baru. Diperkirakan pada tahun 2030 mendatang akan ada 27 hingga 46 juta jenis pekerjaan baru. Diproyeksikan ada 6 sampai 29 juta orang di Indonesia harus mengikuti pelatihan untuk jenis pekerjaan baru (re-skilling dan up-skilling).
“Dari jumlah itu, 10 juta di antaranya adalah pekerjaan baru yang belum pernah ada, maka BLK harus punya peran untuk meningkatkan kompetenasi tenaga kerja,” ujarnya.
Menurut politisi dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini, industri fashion memiliki peluang besar di pasar ekspor. Bahkan menjadi tiga terbesar, komoditi ekspor setelah kuliner dan kria dengan sumbangan devisa Rp 122 triliun.
“Selama ini pelaku bisnis fashion banyak dari negara lain, Maka, kita dorong pengusaha dan desainer lokal bergerak dan berkembang, salah satunya dengan vokasi. Selain itu, harus memiliki kemampuan membaca tren,” pungkasnya. (den/ida)