RADARSEMARANG.COM, SEMARANG–Menteri Pertanian Amran Sulaiman melepas sejumlah komoditas pertanian Jateng senilai Rp 2,51 triliun untuk diekspor ke sejumlah negara. Komoditas tersebut di antaranya biji kopi sebanyak 19,2 ton ke Mesir, kacang hijau ke China 216 ton, daun pakis ke Jepang 2,8 ton dan sarang burung walet 829 kg.
Jumlah ini dinilainya luar biasa, terlebih didukung inovasi yang memudahkan para eksportir mengirim hasil pertanian. Amran mengatakan, kemudahan tersebut salah satunya adalah dengan adanya E-Cert (sertifikat elektronik). Sistem ini mampu mengantisipasi ditolaknya barang ekspor di negara tujuan
”Kalau dulu kan di tengah jalan bisa saja ditolak. Atau sampai di sana ditolak. Jadinya eksportir bangkrut. Dengan adanya E-Cert ini barang kita berangkatkan ketika negara tujuan sudah menerima,” ujarnya saat melepas komoditas ekspor Jateng di Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang, Minggu (29/9) sore.
”Ini kepala badan sangat luar biasa kreatif. Sudah berlaku di empat negara,” imbuhnya.
Amran meminta sistem yang dibangun di Jateng dapat diduplikasi di daerah-daerah lain di nusantara. Dengan demikian, dapat meningkatkan ekspor dari Indonesia. ”Selama pemerintahan Bapak Joko Widodo, ekspor kita naik 9 juta ton dengan nilai Rp 400 triliun untuk seluruh Indonesia,” ujarnya memberitahukan.
Ia juga mengapresiasi Jateng dengan aneka ekspornya. Menurutnya, banyak komoditas pertanian yang sebelumnya tidak terpikirkan, justru memiliki pasar ekspor yang baik. Seperti daun pakis, bunga melati dan beberapa komoditas pertanian lainnya.
”Ini luar biasa. Sekarang Jawa Tengah tidak lagi membahas swasebada, tapi membahas kedaulatan pangan yang berorientasi ekspor. Sekarang mikirnya ekspor,” jelasnya.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan bahwa peningkatan ekspor dari Jateng ini memang didukung kemudahan dengan sistem yang serba elektronik. Melalui sistem elektronik, potensi ekspor hingga negara tujuan dapat diketahui. ”Sehingga tugas pemerintah kemudian mendampingi para petani dan pedagang muda yang sudah berorientasi ekspor,” ujarnya.
”Maka kita ajak yang muda-muda untuk berdagang. Sehingga neraca eksport kita menjadi lebih baik,” imbuhnya.
Di samping itu, tentu karena pola kerjasama antara pemerintah pusat dengan daerah. Dari pusat menciptakan konsep dan daerah menyambut untuk didorong hingga ke tingkatan paling bawah. ”Itulah pentingnya sistem informasi pertanian kita,” ujarnya. (sga/ida)